Tampilkan di aplikasi

Teknologi virtual reality, ketika imajinasi menjadi nyata

Majalah Hai - Edisi 15/2016
14 April 2016

Majalah Hai - Edisi 15/2016

Kalau kamu inget film Star Wars, Mad Max: The Furry Road, Insurgent, atau bahkan The Martian, pasti mata kita nggak akan pernah ngga nemuin efek 3D di dalamnya. Kadang kita suka ngebayangin, gimana kalau kita jadi pemeran utama di film-film bergenre sci-fi tersebut, ya? Apa yang ada di imajinasi kita seketika berubah jadi realita. / Foto : Endy/ Doc.Hai

Hai
Nah, karena teknologi sudah super canggih dari tahun ke tahun, sekarang kita ngga perlu lagi cuma duduk manis sambil nonton apa yang kita lihat dari cerita film itu, tapi kita udah bisa ngerasain langsung bagaimana adrenalin yang lari-larian ketika berlangsung adegan-adegan menegangkan. Please welcome, Virtual Reality! Yak. Seperti yang kita ketahui, Virtual Reality (VR) ini mulai ngetren lagi di kalangan anak muda yang gila teknologi di 2016.

Lima belas tahun pertama abad ke- 21 terlihat banyak kemajuan pesat dalam pengembangan VR. Munculnya smartphone dengan display high-density dan kemampuan grafis 3D memungkinkan generasi perangkat VR yang ringan dan praktis. Sementara itu, industri video game mendorong pengembangan konsumen VR terus meningkat. Demi memudahkan, Google merilis produk VR bernama Google Cardboard, headset DIY yang hanya bisa “dikendarai” menggunakan smartphone. Sementara itu, Samsung telah mengambil konsep ini lebih lanjut dengan produk Galaxy Gear yang diproduksi massal dan berisi fitur “pintar” seperti pengontrol gerakan.

Tampak jelas bahwa 2016 akan menjadi tahun yang penting dalam industri VR. Beberapa perangkat konsumen pada akhirnya menjawab janji-janji tak terpenuhi yang dibuat oleh Virtual Reality pada 1990-an. Termasuk si pioneer Oculus Rift yang dibeli oleh Facebook di tahun 2014 dengan jumlah mengejutkan dari $ 2BN. Ketika Oculus Rift rilis pada 2016, dia akan bersaing dengan produk dari Valve corporation dan HTC, Microsoft serta Sony Computer Entertainment.

Konsep Virtual Reallity Konsep di balik VR didasarkan pada teori tentang manusia yang ingin bebas dari batas-batas ‘dunia nyata’ dengan merangkul dunia maya. Sesampai di sana (dunia maya), kita bisa berinteraksi dengan lingkungan virtual dengan cara yang lebih naturalistik dan bisa menghasilkan inovasi baru melalui interaksi antar manusia-mesin (Human-Machine Interaction).
Majalah Hai di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI