Tampilkan di aplikasi

Ketika biaya bimbel semahal kuliah

Majalah Hai - Edisi 18/2016
2 Mei 2016

Majalah Hai - Edisi 18/2016

Demi memprogram diri biar getol belajar, uang puluhan juta rela digelontorkan. Alasannya satu: kuliah di PTN Impian. / Foto : doc.hai

Hai
Apa yang akan lo lakukan kalau disediakan uang Rp 45 juta? Apakah akan lo pakai untuk jalan-jalan cantik ke Jepang; jajan segala gadget impian lo; ikut program pertukaran pelajar; ditabung untuk bayar SPP selama kuliah nanti; atau untuk modal beli kamera untuk usaha EO buku tahunan? Nyatanya, bagi sebagian teman kita, uang segede itu adalah jalan untuk menebus keengganan mereka untuk fokus dan rajin belajar sendiri demi mengejar cita-cita gede untuk masuk perguruan tinggi. Ya, uang Rp 45 juta dipakai untuk ikut bimbingan belajar eksklusif yang menjamin pesertanya diterima di PTN impian. “Aku bukan tipe anak yang rajin banget memang di pelajaran, tapi aku pengen banget bisa kuliah di PTN,” ucap Garda yang bertekad kuliah di Hubungan Internasional Universitas Indonesia.

Tak lama setelah ujian nasional selesai, siswa SMA di Kalimantan ini bertolak ke Jakarta mengikuti program bimbingan belajar karantina bertajuk Supercamp dari Quin yang menjaminkan pesertanya masuk perguruan tinggi yang diinginkannya. Di bimbel ini para pesertanya dikarantina. Dari pukul 08.00 hingga 20.00 mereka belajar, empat sesi dalam satu hari, di sebuah ruangan di Pusat Studi Bahasa Jepang, Universitas Indonesia yang sudah disewa. Tiap jeda belajar, snack dan minuman instan disediakan. Jam makan siang datang, mereka tinggal memilih makanan di prasmanan. Selesai kelas, mereka pulang ke apartemen Margonda. Tiap kamar diisi dua peserta.

Menurut pak Asep Budiyanto, Ketua Pelaksana program Supercamp tahun ini. biaya yang perlu dikeluarkan adalah Rp 45 juta untuk jurusan reguler dan Rp 75 juta untuk jurusan Kedoteran. Kedokteran lebih banyak karena bobotnya lebih berat. Alokasi biayanya, 60% untuk akomodasi yang meliputi biaya makan, sewa apartemen, dll., dan 40% untuk program pengajarannya. “Kalau bokap gue sih, semasih untuk pelajaran, nggak apa-apa deh harus keluar uang,” kata Irfan yang bapaknya bekerja di instansi pemerintahan.
Majalah Hai di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI