Penampilan Jaman-jaman awal coba ngelamar kerja, ada satu hal yang nggak saya pahami. Yaitu soal foto. Di beberapa perusahaan yang saya coba lamar, semuanya mensyaratkan foto terkini; mulai pas foto hingga seluruh badan. Pikir saya waktu itu, “Biar apa sih? Emang ada seleksi wajah gitu? Bukannya yang lebih diperluin adalah skill dan isi otak ketimbang penampilan?” Saya, yang nggak habis pikir sama persyaratan itu, akhirnya sering kali asal saja ngirim foto. Adalah yang lagi bergaya di puncak gunung lengkap dengan perantinya, ada pula yang sedang beraksi di belakang drum set ketika manggung di salah satu acara kampus, bahkan ada yang saya kirimi foto sedang sliding menuju base saat ikut kompetisi softball. Keren. Menurut saya , sih. Setidaknya, kalau perusahaan itu pengen tahu lebih tentang calon karyawannya, foto-foto itu bisa lah merepresentasikan personifi kasi saya.
Hasilnya? Nggak ada lamaran saya saat itu yang tembus. Hehe. Bukan apa-apa. Ternyata memang bukan itu yang pengen dilihat dari foto-foto yang mereka minta itu. Ya. Setelah akhirnya beneran bekerja dan berurusan sama rekrutmen, baru saya pahami maksud dari foto-foto itu. Nggak lain buat melihat apakah penampilan calon karyawan itu sesuai dengan spirit tempat dia bekerja nantinya. Atau justru sebaliknya. Ini sangat-sangat berlaku terutama buat perusahaan yang berkaitan dengan jasa dan/atau mengharuskan karyawannya bertemu dengan orang banyak. Biar apa? Tentunya supaya imej perusahaan tersebut juga nggak disalah-persepsikan.
Suka atau nggak, apalagi di masa sekarang ini, penampilan memang masih jadi gerbang pertama penilaian terhadap diri kita. Jangankan buat ngelamar kerjaan nanti. Buat kenalan sama gebetan atau teman baru pun, yang dilihat paling awal ya penampilan. Ya kan? Jadi ya nggak ada salahnya juga sih buat sedikit mulai (atau jangan-jangan, makin) memperhatikan penampilan kita. Selama nggak lantas jadi terbebani, atau malah jadi “orang lain”, tentunya!