Karya yang Terserak Aku mengatakannya pada sang waktu Tak pernah sedikit pun kuragu Walaupun aku pernah ada di persimpangan itu Namun, hatiku Telah kutambatkan di pucuk angkasa itu Hahahaha! Kamu pernah galau juga kan? Selarik puisi itu pernah saya tuliskan di tembok belakang kelas. Paling belakang. Di antara rumus fi sika dan deretan tabel periodik kimia yang sengaja ditulis di tembok (tepatnya, kolong meja) supaya membuat saya mudah melihatnya waktu ulangan, puisi itu terselip. Kejadiannya, kamu pasti udah tahu lah, ditolak sang kekasih. Galau? Pasti lah.
Mau curhat ke sobat, kuatir jadi bahan bully. Ya udah deh, saya mending memilih menulis di tembok kelas. Nggak mau kalah kayak pujangga terkenal, di ujung tulisan ada jejak inisial nama saya. Yah, namanya juga usaha pengen jadi sastrawan (tapi, akhirnya gagal, ya begitu deh). Ngetop nggak, malah jadi bahan ledekan. Begitu ketahuan teman sekelas, jadilah karya itu dibacakan ke seisi ke;as. Hehehe… Numpahin isi otak lewat media seni, emang paling enak ya. Rasanya, hati kita terasa lega. Kamu juga pendapat yang mirip-mirip kan? Nah, karena itu, kami bertekad merekam karya seni terpilih dari teman-teman sekolah yang udah susah payah kirim karya dalam edisi yang lagi kamu nikmati ini. Moga-moga karya yang tayang dalam majalah kesayangan kita bisa jadi bahan kamu waktu kondisi lagi nggak menentu. Ya kan?