Tampilkan di aplikasi

Gara-gara buku nyelip

Majalah Hai - Edisi 42/2016
10 November 2016

Majalah Hai - Edisi 42/2016

Percaya diri! Mungkin kesan itulah yang langsung saya tangkap, sewaktu pertama kali menyaksikan Teru Egawa alias Theodorus Ega Wang berbicara di depan orang banyak.

Hai
Percaya diri! Mungkin kesan itulah yang langsung saya tangkap, sewaktu pertama kali menyaksikan Teru Egawa alias Theodorus Ega Wang berbicara di depan orang banyak. Dengan lugas tanpa cela, ia berhasil menjabarkan profi l bisnisnya dengan mantap. Seolah-olah, nggak ada satu hal pun yang ia ragukan. Ia muncul sebagai sosok yang jauh dari kata malu-malu, malah terkesan berpendirian teguh.

Padahal, kalau kamu mau tahu, sebelum dia dipanggil maju dan berbicara di depan sana, saya sekilas hanya melihat dia sebagai anak muda biasa. Saya malah nggak pernah menyangka, kalau nama Teru Egawa yang saya lihat di rundown acara, adalah anak muda yang kemudian bisa ngomong dengan penuh keyakinan. Soalnya dari segi fi sik, Teru nggak ada bedanya sama remaja atau anak muda kayak kita. Raut wajahnya ceria banget kayak nggak ada beban. Badannya juga nggak terlalu besar. Malah, dengan postur tubuhnya yang kecil kayak masih SMA itu, ia kelihatan jauh lebih muda dari usianya yang telah menapaki angka 23. Bisa dibilang, nggak mungkinlah ada yang nyadar kalau Teru itu merupakan sosok anak muda yang “spesial”.

Namun, anggapan itu berubah ketika dia jadi pengisi salah satu sesi di acara Media Talk “Pengabdian Inklusif dan Berkelanjutan melalui Aktivitas Entrepreneurship” yang diadakan oleh Universitas Prasetiya Mulya, Senin (26/9) lalu di Kanawa Coffee and Munch Senopati. Di sana, anak kedua dari tiga bersaudara ini berhasil menampilkan sisi lain dirinya, yang mungkin nggak disangka sama banyak orang. Selama kurang lebih 15 menit, Teru yang dikasih kesempatan buat sharing pengalamannya sebagai entrepreneur di depan lebih dari 20 orang itu, berdiri dan bicara bak pengusaha papan atas. “Ada teman saya yang minta tolong ke saya untuk bantuin dia print tugas setelah ayahnya meninggal dan ekonomi keluarganya berubah. Setelah ditotal-total waktu itu, harga nge-print-nya bisa 500 ribu-an. Bisa untuk 30 kali makan!” ujar CEO sekaligus founder
Majalah Hai di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI