Haluan dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Dengan makin meningkatnya kejadian bencana terakhir ini perlu adanya kesadaran masyarakat tentang perubahan paradigma bahwa pengurangan risiko bencana dan penanganan bencana yang selama ini meletakkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pemerintah dan badan penanggulangan bencana ataupun pihak luar yang terkait menjadi kesadaran menjadi tanggung jawab setiap keluarga dan komunitas.

Hal ini menjadi penting, bahkan bisa disebut sebagai kebutuhan karena Sumatera Barat memang dikenal sebagai daerah supermarket bencana. Nyaris, semua bentuk bencana ada di sini.

Saat kita disibukkan dengan kabar-kabar yang dianggap sebagai kabar pertakut terkait bencana gempa dan tsunami, justru terkadang kita abai dengan bentuk bencana lainnya. Lihat saja bencana air bah di Pasaman yang menggerus jalan dan rumah penduduk.

Keluarga memiliki peran penting dalam pengurangan risiko bencana karena keluarga adalah struktur masyarakat terkecil pertama yang memberikan sosialisasi kepada setiap anggotanya. Keluarga dapat memberikan sosialisasi pendidikan bencana sejak dini terutama kepada anak-anak.

Sosialisasi dapat diberikan dalam bentuk pengenalan potensi bencana, bentuk-bentuk bencana, cara menyelamatkan diri dalam kondisi bencana, cara membuat nyaman secara psikologis, penyiapan tas siaga bencana, cara membuat tenda darurat, dan bagaimana cara melestarikan lingkungan sebagai upaya mengurangi risiko bencana akibat perilaku manusia.

Selayaknya pendidikan sopan santun, moralitas, dan religi maka keluarga juga memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan bencana kepada setiap anggotanya karena pentingya pendidikan bencana sebagai bentuk modal bertahan hidup dalam kondisi krisis.

Agar pendidikan bencana dalam keluarga dapat dilakukan dengan baik, maka orang tua sebagai agen sosialisasi harus memiliki penguasaan tentang pendidikan bencana yang memadai. Orang tua juga harus aktif mengikuti sosialisasi pendidikan bencana termasuk simulasi siaga bencana.

Orang tua juga dapat memanfaatkan berbagai media seperti radio, koran, informasi di Internet yang berkaitan dengan informasi pendidikan bencana. Orang tua harus sadar dan memiliki kemauan untuk belajar dan kemudian menerapkannya kepada anggota keluarga yang lain.

Dalam penerapannya orang tua dapat menyampaikannya melalui bahasa tutur kepada anak-anak, melalui dongeng atau cerita bergambar, dan juga melakukan praktik kepada anak-anak.

Pendidikan bencana juga dapat dimulai dari anak-anak. Anak-anak yang telah mendapatkan pendidikan bencana di sekolah ataupun di berbagai organisasi yang diikuti dapat menyampaikan kepada orang tua atau anggota keluarga yang lain karena pada dasarnya anak-anak juga dapat menjadi agen perubahan perilaku setelah mereka mendapatkan pengetahuan dan praktik terutama di sekolah.

Februari 2020