Tampilkan di aplikasi

Kampus hijrah di Kepulaan Mentawai

Majalah Hidayatullah - Edisi 09/2017
18 Januari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 09/2017

Adapun Mentawai, merupakan kumpulan dari pulau-pulau kecil di wilayah barat Sumatera. Jika pulaupulau ini dijadikan satu, luasnya tak jauh berbeda dengan Buton, yakni sekitar 5 ribu kilometer persegi. ./Foto : Pelabuan Tuapejat, Sipora, Mentawai - Mahladi Majalah Hidayatullah / Foto : Mahladi - Majalah Hidayatullah

Hidayatullah
Anak muda itu pintar mengaji. Suaranya merdu. Ia juga seorang muazin. Bahkan, saat ada perayaan hari besar Islam di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, anak muda itu kerap diminta menjadi qari (pelantun ayat-ayat al-Qur`an).

Anak muda itu putra asli Mentawai. Awalnya, ia seorang pemeluk Nasrani. Tapi, setelah hidayah menyapa, ia memeluk Islam. Ia menjadi santri di Pesantren Hidayatullah Mentawai, satusatunya pesantren di kepulauan itu. Tapi sayang sekali, hidayah tak lama menyapa sang qari terbaik ini.

Saat pulang ke kampung di salah satu desa di kepulauan tersebut, ia tak pernah kembali ke pesantren lagi. “Kami dengar, ia sudah kembali ke agama yang lama,” ujar Desmar Abdus Salam, salah seorang pengasuh Pesantren Hidayatullah saat ditemui pertengahan Juli lalu di Kepulauan Mentawai.

Mengapa ini bisa terjadi? “Di Mentawai ini, orang gampang pindah agama,” jelas Mahrus Salam, pimpinan Pesantren Hidayatullah Mentawai yang baru bertugas di kepulauan ini, sejak Mei 2016 lalu. Sebelumnya ia bertugas di Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI