Tampilkan di aplikasi

Bertarung melawan buaya

Majalah Hidayatullah - Edisi 05/2017
22 Januari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 05/2017

Bertarung melawan buaya hanyalah satu penggal kisah dakwah di pedalaman yang dialami Sukri dan kawan-kawan. Masih begitu banyak tantangan lain. / Foto : Dokumen Pribadi / Majalah Hidayatullah

Hidayatullah
Banyak tantangan ketika berdakwah di pedalaman. Terkadang harus bertaruh nyawa. Byuuur… Siang bolong, Ustadz Sufri Hontjiang Nasief mencebur ke rawa. Bukan karena gerah disengat cuaca panas, tapi hendak menyelamatkan sang istri dari terkaman buaya yang ganas.

“Awalnya, sementara saya mencuci, ternyata istri disambar buaya di bagian perutnya,” pria yang akrab disapa Sukri ini berkisah dalam logat Bugis yang khas. Meski peristiwa itu terjadi pada bulan Desember 2007 silam, sampai sekarang tak bisa hilang dari ingatan. Buaya yang panjangnya sekitar tiga meter itu tampak begitu kuat mencengkeram Rosdiana Tayeb, istrinya tercinta.

Saat itu, fasilitas air bersih di Pesantren Hidayatullah Toili, Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah, masih belum memadai. Rawa menjadi satu-satunya sumber air yang mudah dijangkau. Di situlah Sukri dan keluarga biasa mandi, mencuci, dan berbagai keperluan lain. Buaya besar itu terus mengibasibaskan tubuh Rosdiana. Merah darah tampak mewarnai air rawa. Suasana tegang dan mencekam!
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI