Tampilkan di aplikasi

Kesaksian langsung GENOSIDA muslim Rohingya

Majalah Hidayatullah - Edisi 04/2017
23 Januari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 04/2017

Warga Rohingya diusir dari kampung halaman. Lembaga semacam Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) menyebutnya Internally Displaced Person (IDP). Kampung-kampung orang Islam kini telah dikuasai oleh orang Budha. Muslim Rohingya tak boleh kembali lagi. / Foto : Dokumen Majalah Hidayatullah

Hidayatullah
Jika disebut nama Rohingya, yang terbayang adalah potret ribuan warga Muslim yang terlunta-lunta. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) me nyebutnya sebagai etnis minoritas paling tertindas di dunia. Sebelum berangkat, informasi tentang Myanmar memang serba misterius.

Media massa selama ini menggambarkan bahwa penguasa negeri ini berperilaku kejam terhadap kaum Muslim etnis Rohingya di Arakan atau Rakhine. Dengan demikian, misi kemanusiaan ini sangat berisiko.

Apalagi belum lama ini ada peristiwa pembunuhan terhadap U Koni (Abdul Ghoni), satu-satunya orang Islam yang berada di jajaran pemerintahan Myanmar. Advokat yang kerap memperjuangkan hak asasi Muslim Rohingya ini dibunuh setelah kepulangannya dari Jakarta pada tanggal 30 Januari 2017.

Benar saja, ketika kami menginjakkan kaki di bandara Sittwe Arakan, siang hari 28 Februari 2017, suasananya mencekam. Kondisi di kiri-kanan amat menegangkan. Lengang. Menakutkan. Bandara yang kecil itu dijaga oleh banyak aparat keamanan bersenjata laras panjang.

Guide (pemandu) yang merupakan warga lokal berpesan agar kami tidak banyak berinteraksi dengan warga setempat. Mungkin dia khawatir karena kami Muslim sehingga rentan berurusan dengan aparat keamanan. Itulah sebabnya dalam laporan ini kami tidak bisa banyak mengutip pernyataan warga setempat karena adanya larangan. Juga karena terkendala bahasa.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI