Kapan terakhir kali kita menjenguk orang sakit? Kemarin? Sebulan lalu? Atau satu tahun silam? Kata Rasulullah , beruntunglah yang suka menjenguk orang sakit. Sebab ada orang tak pernah punya waktu sekadar menengok saudaranya yang terbaring sakit.
Bandingkan dengan Sahabat terdekat Rasulullah , Abu Bakar ash Shiddiq RA. Dikisahkan, hari masih pagi, tapi Sahabat yang berjuluk ash Shiddiq (orang dipercaya) ini langsung mengantongi kunci surga. Sebab, sepulang shalat Shubuh, Abu Bakar sudah pergi menjenguk orang sakit.
Bukan cuma itu, Hadits shahih yang diri wayat kan Muslim menceritakan, pagi itu Abu Bakar mendulang pahala dengan empat keluhuran akhlak sekaligus. Di hadapan Nabi , Abu Bakar mengaku berpuasa, sudah menjenguk orang sakit, menghadiri jenazah, dan memberi makan orang miskin. Inilah teladan iman yang luar biasa. Keya kinan yang tak hanya mengakar dalam jiwa tapi juga dalam akhlak dan muamalah sehari hari.
Hari ini, budaya menjenguk orang sakit seperti terbilang langka. Seolah semua nya bisa diwakili dengan pasang status atau unggah foto di facebook, whatsapp, instagram, dan media sosial lainnya.
Tak sedikit bahkan menganggap menjenguk orang sakit sebagai perbuatan membuang buang waktu. Padahal kata Nabi, ada banyak ke baikan dan keberkahan ketika mengunjungi orang sakit atau ditimpa musibah. Yang pasti, ia punya kaitan erat dengan kondisi keimanan seseorang.
Kajian Utama kali ini memotret lebih dekat cabang keimanan tersebut sebagai sebuah ba ngunan yang utuh. Apa saja yang harus dilakukan untuk menguatkan cabang keimanan tersebut?
Bagai mana cara menyayangi orang sakit? Kemuliaan apa yang terdapat pada orang yang sakit? Apa sebab kebiasaan mulia menjenguk orang sakit semakin memudar? Selamat Menyimak!
