Tampilkan di aplikasi

Tak ada alasan untuk menyia-nyiakan hidup

Majalah Hidayatullah - Edisi 04/2016
19 Februari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 04/2016

Jika sekadar tempat berteduh, rumput, dan air yang diminum dimintai tanggung jawab, bagaimana dengan pemberian Allah yang lain?

Hidayatullah
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling istimewa. Ia diberi kesempurnaan jasmani maupun ruhani. Ia ditempatkan di muka bumi dan dijamin rezekinya. Bahkan Allah menundukkan bumi, langit dan seisinya untuk manusia.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Isra [17]: 70)

Namun semua itu diberikan Allah bukan sematamata untuk dinikmati, tetapi sebagai sarana agar manusia bisa menjalankan tugasnya beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, setiap kenikmatan itu dipertanggungjawabkan. Seluruh manusia akan ditanya tentang semua yang dimiliki dan segala nikmat dan kesenangan yang dirasakan.

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.” (At-Takatsur [102]: 8) Ketika ayat ini turun, seorang yang miskin datang kepada Nabi Muhammad dan bertanya, “Apakah ada kenikmatan yang kumiliki wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Iya, naungan, rumput, dan air yang sejuk.” (Riwayat Ahmad)

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada Hari Kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.” (Riwayat at- Tirmidzi)
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI