Tampilkan di aplikasi

Madu AL-mubarak, raup jutaan rupiah dari produk sunnah

Majalah Hidayatullah - Edisi 05/2016
20 Februari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 05/2016

Tak cuma manis rasanya, tapi manis juga labanya. Apa rahasianya?

Hidayatullah
Keinginan untuk membangun rumah tangga secara mandiri, mendorong Fahrurozi dan Eko Retno Wati untuk memulai sebuah usaha. Anehnya, pasangan yang menikah tahun 2006 ini belum tahu ingin usaha apa. Yang pasti desakan keinginan itu sangat kuat, terlebih sang suami belum mempunyai penghasilan tetap untuk mengarungi biduk rumah tangga. Status mahasiswa yang disandangnya masih belum memungkinkan untuk bekerja demi menafkahi sang istri.

Suatu saat, aku mereka, terpikir untuk membuat usaha suplemen anak yang alami. Untuk mencari inspirasi, kedua pasangan ini mendatangi sebuah toko obat-obatan alami. “Di situlah terinspirasi untuk berbisnis madu,” kenang Retno. Madu, kata Retno, merupakan suplemen harian keluarga dan aman dikonsumsi untuk jangka panjang.

Kemudian alumnus Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ini berusaha mengkaji literatur tentang madu. Termasuk bagaimana cara men dapatkan madu yang bisa dijual lagi ke pasar. “Saya mendapatkan alamat pen jual madu di sebuah buku, tapi ketika saya datangi tak sesuai harapan,” ujarnya.

Si penjual madu yang didatangi Retno ternyata sudah memiliki merek dan tak mau memberi tahu lokasi produsen madunya. Suami-istri ini tak putus asa. Mereka mencari informasi tempat peternakan lebah yang bisa menjual madu. Alhamdulillah, akhirnya Retno mendapatkan penjual madu curah di daerah Jawa Tengah.

“Saya mengajak bapak saya untuk mencari lokasi tersebut. Ternyata memang di sana banyak produsen madu.” Menurut Retno, pertama kali membeli madu dari produsen sebanyak 10 kilogram. Dari jumlah itu, madu dikemas menjadi 10 botol, dan diberi merek “Al- Mabruk”. Namun, dalam perjalanan berikutnya merek tersebut berganti nama menjadi Al-Mubarak.

Madu yang sudah dikemas dibawa Fahrurozi untuk ditawarkan kepada teman-teman kuliahnya di LIPIA Jakarta. “Inilah pertama kali saya berjualan madu kepada kawankawan di kampus, alhamdulillah setiap kali bawa madu selalu terjual habis,” papar Fahrurozi.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI