Tampilkan di aplikasi

Abdul Majid Mahmud, dakwah jadi pilihan hidupnya

Majalah Hidayatullah - Edisi 07/2016
20 Februari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 07/2016

Sekitar dua puluh pemuda bergegas hendak menyerang pesantren rintisan Abdul Majid.

Hidayatullah
Sekitar dua puluh pemuda bergegas hendak menyerang pesantren rintisan Abdul Majid. Mereka geram, lantaran rumah sesembahan yang mereka keramatkan dihancurkan oleh pihak pesantren. Tapi, tiba-tiba di tengah perjalanan seorang penduduk mencegah setelah mengetahui tujuan mereka.

“Jangan berani-berani mengganggu pesantren. Orangorang di dalamnya itu berani mati demi agama,” peringatan lakilaki itu, sebagaimana ditirukan Majid, yang tak disangka langsung menyiutkan nyali puluhan pemuda sehingga memilih balik kanan.

Bangunan pesantren dan warga pesantren selamat. Menurut Majid, itu semua berkat pertolongan Allah SWT semata. Pesantren Hidayatullah yang berlokasi di Jalan Tamalanrea Raya No 26 Makassar, saat itu, selain dipenuhi semak belukar, juga dikenal angker oleh warga sekitar. Tidak ada warga yang berani melintas.

Di dalamnya terdapat rumah sesembahan. Tempat itulah yang dihancurkan, yang kemudian menyulut amarah segerombolan pemuda. Menurut pria kelahiran 1964 ini, penghancuran tempat itu untuk menghindari segala bentuk kesyirikan. Selain itu, untuk menghilangkan pemandangan yang tak sedap dipandang mata di lingkungan pesantren.

Majid mengawali dakwah di Makassar, sejak tahun 1991. Bersama dua kawannya ia mendapat amanah dari pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said untuk merintis pesantren. Laki-laki asli Palopo, Sulawesi Selatan ini mengungkapkan, tidak ada modal materi yang dibawa. Untuk tempat tinggal saja, mereka mengontrak dengan hasil uang pinjaman.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI