Tampilkan di aplikasi

Jejak muslim di Raja Ampat

Majalah Hidayatullah - Edisi 07/2016
20 Februari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 07/2016

Menyebut Papua, yang terbayang bukan para wanita yang mengenakan hijab, atau kaum pria yang berkopiah.

Hidayatullah
Menyebut Papua, yang terbayang bukan para wanita yang mengenakan hijab, atau kaum pria yang berkopiah. Menyebut Papua, yang terbayang adalah penduduk dengan kulit hitam dan rambut keriting. Tapi benarkah kaum Muslim tak menggeliat di wilayah paling timur Indonesia ini? Benarkah Papua identik dengan kaum Kristen, terutama Protestan?

Akhir Mei lalu, wartawan Suara Hidayatullah, Mahladi, berkesempatan memotret kehi dupan kaum Muslim di Raja Ampat, salah satu kabupaten di Papua Barat, atas undang Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI) dan AlFatih Kaaffah Nusantara (AFKN). Mengapa Raja Ampat? Sebab, kabupaten ini dihuni hanya oleh 35 persen Muslim. Selebihnya, 62 persen Kristen Protestan, dan sisanya penganut agama lain.

Namun, bupati di kabupaten ini seorang Muslim. Raja Ampat menjadi kabupaten/kota kedua di Papua Barat yang dipimpin seorang Muslim. Kabupaten pertama adalah Fakfak. Selain itu, sejarah masuknya Islam ke tanah Papua tak bisa dilepas dari kabupaten yang terletak di bagian kepala burung ini. Bahkan, jejak Muslim di Raja Ampat telah ada sejak pertengahan abad 15 silam. Inilah jejak kaum Muslim di Raja Ampat. Inilah potret Muslim di pulau Papua.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI