Tampilkan di aplikasi

Gorontalo, kisah Ummu Sulaim di kota Sulam

Majalah Hidayatullah - Edisi 08/2016
19 Februari 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 08/2016

Gorontalo merupakan salah satu kota tua yang mempunyai tradisi Islam begitu lama. Jejak-jejaknya hingga kini masih terasa

Hidayatullah
Sungguh beruntung saya bisa berkunjung ke Masjid Hunto Sultan Amay. Masjid tertua di Gorontalo ini terletak di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan. Luasnya 684 m2. Lumayan lega sehingga udara di dalam ruangannya sejuk terasa.

Rupanya masjid yang berdiri sejak abad ke-15 Masehi ini menyimpan kisah cinta yang mengharu biru antara Sultan Amay (1460-1535) dan Putri Owutango. Kisahnya mirip dengan Ummu Sulaim binti Malhan dengan suami keduanya, Abu Thalhah RA. Alkisah, Sultan Amay tengah berkeliling ke kawasan Teluk Tomini.

Tujuannya adalah untuk memperkuat kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di daerah itu. Ketika sampai di Kerajaan Palasa Ogomonjolo (Kumonjolo), dirinya jatuh cinta kepada Putri Owutango, bangsawan berdarah Ternate yang telah memeluk agama Islam.

Seperti dikisahkan Hasanuddin dalam buku Gorontalo: Tantangan dan Kebijakan Sosial, Politik, Ekonomi Kolonial Belanda, sang putri bersedia dilamar oleh raja. Namun ada syaratnya, yaitu Sultan Amay dan rakyatnya harus masuk Islam. Kerajaan Gorontalo dan adat istiadatnya pun harus disesuaikan dengan tuntunan al-Qur`an.

Pada waktu itu, Sultan Amay dan masyarakat Gorontalo masih menganut kepercayaan animisme. Mereka pun terbiasa makan babi. Alhamdulillah turun hidayah. Sultan Amay akhirnya memeluk Islam dengan sepenuh hati. Prosesi pernikahan lalu disiapkan. Raja Palasa mengajukan mahar berupa masjid. Itulah yang kini dikenal sebagai Masjid Hunto Sultan Amay.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI