Tampilkan di aplikasi

Ke Makkah dengan umroh murah

Majalah Hidayatullah - Edisi 03/2018
1 Maret 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 03/2018

“Alhamdulillah, sejauh ini belum ada kesulitan yang kami rasakan. Ka rena umrah mandiri, justru terjalin ke ke luargaan dan solidaritas antara jamaah. Istilahnya lebih solidlah, sebab kami lebih ba nyak berkoordinasi, berkerjasama, saling membantu, memberitahu jika ada yang bertanya, dan sebagainya,” / Foto : VENUSADVENTURES

Hidayatullah
Istilah backpacker cukup akrab di dunia traveling. Aktivitas ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang “nekad” berpe tualang di tengah ber bagai keterbatasan biaya, perlengkapan, dan sejenisnya. Kisahnya seringkali menegangkan sekaligus seru dan mengasyikkan.

Bagaimana dengan umrah backpacker (umback)? Menurut penggagas umback Indonesia, Hadi Fatahilah, hal ini berbeda dengan jalan-jalan backpacker pada umumnya seperti ke Singapura, Eropa, atau ke negara mana saja di seluruh dunia.

“Backpaker yang versi umum, kita bisa mengurus visa dan membeli tiket sendiri, sampai sana mencari hotel sendiri, ke mana-mana naik kendaraan umum, makan di warung pinggir jalan atau restoran,” jelas pria yang akrab disapa Hadi ini kepada Majalah Suara Hidayatullah.

Sedangkan umback terikat dengan aturan. Misalnya, visa umrah tidak bisa diajukan secara personal, tapi harus lewat travel umrah yang berizin atau di sebut Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) di bawah pengawasan Kementerian Agama RI.

“Nantinya travel/PPIU ini akan menjadi penjamin. Jamaah tidak akan over stay, kabur, dan sebagainya. Untuk mendapatkan visa umrah, pihak travel harus memastikan hotelnya apa, busnya apa, dan pesawatnya apa. Tiga hal ini harus dipastikan juga,” imbuhnya.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI