Tampilkan di aplikasi

Mengapa Andalusia runtuh?

Majalah Hidayatullah - Edisi 04/2018
3 April 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 04/2018

Peradaban adalah fenomena multi dimensi yang tidak dapat ditentukan dari satu sudut tertentu. Jatuh bangun peradaban berjalan perlahan dalam kerangka sunnatullah yang berlaku pada wilayah al-afaq (raga) dan al-anfus (jiwa). / Foto : Dokumen Majalah Hidayatullah

Hidayatullah
Peradaban Islam begitu gemilang sehingga dulu orang Nasrani merasa minder Pertanyaan yang menggelayuti pikiran banyak orang. Terlebih mereka yang berkesempatan menjejakkan kaki di kota-kota saksi kebesaran Islam di Andalusia: Algeciras, Malaga, Cordoba, Granada, Sevilla, Valencia, dan sebagainya.

800 tahun peradaban Islam gemilang di sana. Tapi sekarang musnah. Mengapa Andalusia runtuh? Bagaimana sebuah peradaban kokoh yang melahirkan fenomena mozarabes (al-musta’rabun) bisa sirna? Mozarabes, mengutip kekesalan Alvaro de Cordoba, adalah mental kalah kaum Nasrani di masa kejayaan Islam.

Orang-orang Nasrani kala itu sangat menggandrungi semua yang berbau Arab atau tepatnya Islam. Mereka lebih menyukai bahasa, nama, hingga pakaian Arab. Mereka begitu bersemangat mempelajari literatur Islam bukan untuk mengkritik, tapi karena suka dan terpesona.

Mereka bahkan “nyinyir” dengan khazanah dan budaya Nasrani karena dianggap rendah dan terbelakang. Demikianlah seperti yang dipaparkan Angel Gonzalez Palencia, Profesor Bahasa Arab di Universitas Madrid dalam karyanya, Historia de la Literatura Arabigo-Espanola (versi terjemah: Tarikh al-Fikr al- Andalusi oleh Dr Husein Mu’nis).
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI