Musibah atau bencana yang menerpa negeri ini seperti tak kunjung berakhir. Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, juga banjir bandang silih berganti, berpindah dari daerah satu ke daerah lain. Sebagian orang melihat bencana tersebut hanya sebatas gejala alam.
Apa yang terjadi hanyalah akibat pergeseran lempengan bumi yang melewati daerah tersebut. Indonesia terletak di antara dua samudera dan dua benua. Pada daerah seperti ini, aktivitas gempa bumi banyak terjadi akibat pergeseran kerak bumi yang berlangsung terus-menerus.
Bencana yang terjadi ini memang benar fenomena alam yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika atau ilmu alam. Dengan ilmu tersebut bisa diketahui penyebab fisiknya, tanda-tanda, dan pola-polanya. Namun harus diingat, jauh di balik itu semua tidak lepas dari kekuasan Allah, yang Maha Mengatur Alam Semesta. “Ialah Allah, Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Shaad [38]: 66).
Akibat Maksiat. Menurut Jalalaluddin Mahali dan Jalaluddin Suyuthi, khithab ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang beriman yang kena musibah akibat dosa-dosa yang dilakukan. Adapun mengenai musibah yang menimpa kepada orang-orang yang tidak berdosa di dunia, dimaksudkan untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak. (Tafsir Jalalain, I/643).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ketika ayat ini diturunkan, Rasulullah bersabda: “Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam (genggaman)-Nya, tiada suatu lecet pun karena kayu dan tiada pula terkilirnya urat dan tiada pula tersandungnya telapak kaki melainkan karena perbuatan dosa, dan apa yang dimaafkan oleh Allah dari (penderita)-nya adalah lebih banyak.” (Tafsir al-Qur’anul-Adhim, 7/208).
