Tampilkan di aplikasi

Rahasia shat pada manna

Majalah Hidayatullah - Edisi 07/XXX
2 November 2018

Majalah Hidayatullah - Edisi 07/XXX

“Dan Kami turunkan kepada me reka manna dan salwa.”

Hidayatullah
Setelah dibebaskan dari cengkeraman Fir’aun, Bani Israil mengembara di tengah gurun Tih menuju tanah yang dijanjikan, yaitu Palestina. Selama perjalanan, Allah SWT memberikan banyak karunia kepada mereka, di antaranya manna dan salwa. Menurut Ibnu Abbas, manna adalah sesuatu yang diturunkan di pepohonan untuk makanan Bani Israil.

Turunnya, menurut Ikrimah, seperti hujan gerimis. Bentuknya, menurut Ibnu Mujahid, berupa getah. Warnanya, menurut Qatadah, lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada madu. Ar-Rabi’ ibnu Anas menambahkan bahwa manna dikonsumsi dengan dicampur air lalu diminum.

Terkait dengan sifat tersebut, ada beberapa makanan yang identik dengan manna, karena manusia dapat memanennya tanpa perlu menanam. Di antaranya:

1. Jamur Truffle. Dalam sebuah Hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda, “Jamur kam’ah (truffle) adalah bagian dari manna, yang Allah kirimkan kepada Bani Israil melalui Musa AS dan airnya adalah obat untuk mata.” (Riwayat Muslim). Para ulama menyatakan, persamaan jamur truffle gurun dengan manna, keduanya karunia Allah SWT semata tanpa campur tangan manusia menanam dan merawatnya.

Jamur ini ada yang berwarna hitam dan putih krem. Hidupnya dalam tanah gurun, setelah hujan dan petir. Namun jamur ini, khususnya yang berwarna hitam, sejak tahun 1808 dibudidayakan di Eropa.

Dalam ath-Thibbun-Nabawi, Imam adzDzahabi menyatakan bahwa jamur truffle kedu dukanya sama dengan roti, sedangkan salwa sebagai lauk pauknya. Sifatnya dingin dan kering. Yang paling baik rasanya lezat. Para tabib (dokter) sepakat bahwa airnya dapat membuat tajam penglihatan.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI