Tampilkan di aplikasi

Pelita bagi anak putus sekolah

Majalah Hidayatullah - Edisi 10/XXX
6 Februari 2019

Majalah Hidayatullah - Edisi 10/XXX

Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin untuk menerangi. / Foto : Achmad Fazeri/Saura Hidayatullah

Hidayatullah
Bustomi sangat prihatin melihat banyaknya anak yang putus sekolah di tanah kelahirannya. Tepatnya di Desa Mandung, Kecamatan Kokop, Bangkalan, Madura. “Saat itu tahun 2009 menjelang lulus kuliah, saya lebih banyak pulang kampung karena sudah tidak ada kuliah. Dan saya fokus skripsi. Selama di kampung, saya sering berinteraksi sama anak-anak yang putus sekolah,” kata Bustomi. Alasannya pun sangat sederhana. “Nggak punya uang,” ujar lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini.

Padahal kala itu, Bustomi melanjutkan, Gubernur Jawa Timur sudah menggalakkan program pendidikan wajib belajar 12 tahun. “Tapi, kampung saya tidak tersentuh (program itu) sama sekali. Bangkalan dengan Surabaya jaraknya berapa kilometer sih?” tanyanya dengan nada sangat kecewa. “Ini yang menghentak keyakinan saya, bahwa ternyata begitu banyak persoalan sepeti itu. Itu tidak hanya (di) desa saya.

Ini hanya fenomena gunung es,” imbuhnya mengingatkan. Dari situlah, hati Bustomi tergerak hingga mendirikan Gerakan Peduli Aku Bisa (GPAB) tahun 2009. “Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin untuk menerangi. Saya mau menjadi penerang bagi anak-anak yang putus sekolah itu. Tetapi, saya tak mau menjadi lilin. Saya ingin menjadi lampu. Kalau menjadi lilin saya akan terbakar,” kelakarnya seraya tersenyum.

Beasiswa dan Santunan Desa Mandung menjadi pilot project—sebagai daerah pertama—dalam menjalankan program kegiatan dari GPAB. “Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) desa saya termasuk salah satu daerah minus (tertinggal) di Jawa,” jelasnya, ketika berbincang dengan Suara Hidayatullah, beberapa waktu lalu. Program kegiatan GPAB, awalnya fokus memberikan beasiswa bagi anak-anak yang putus sekolah beserta santunan kepada anak yatim piatu.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI