Tampilkan di aplikasi

Masjid ar-Rabithah, Kudus dijuluki masjid "pelarian"

Majalah Hidayatullah - Edisi 08/XXX1
3 Desember 2019

Majalah Hidayatullah - Edisi 08/XXX1

Masjid ar-Rabithah, Kudus

Hidayatullah
Kiatnya cukup unik dalam memakmurkan masjid. Hingga dijuluki sebagai masjid pelarian. Sudah 30 menit sejak azan Subuh berkumandang, tetapi suara iqamah di Masjid ar- Rabithah belum juga terdengar.

Jarum jam dinding tepat menunjukkan pukul 4.50 WIB ketika Suara Hidayatullah masuk ke dalam masjid yang terletak menunaikan shalat sunnah qabliyah.

Sebagian lagi khusuk berzikir dan membaca al-Qur’an. Shaf pertama pun dipenuhi oleh jamaah, baik dari kalangan orangtua maupun anak-anak muda.

Sekitar tujuh menit berselang, barulah sang muadzin mengumandangkan iqamah. Imam shalat bergegas mengomando agar jamaah merapikan dan merapatkan shaf sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Ketika itu, 4 dari 6 shaf yang tersedia dipenuhi (jamaah),” jelas Ketua Takmir Masjid ar-Rabithah, Ahmad Sofyan Sanusi, saat berbincang dengan Suara Hidayatullah beberapa waktu lalu.

Bagaimana kiat-kiat yang dilakukan takmir sehingga jamaah Shalat Subuh dapat seramai itu kurang lebih sekitar 70-an orang? Ahmad Sanusi, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa pengurus tidak membatasi jamaah masjid hanya untuk golongan atau kelompok tertentu.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI