Tampilkan di aplikasi

Enggan mengambil upah dari mengajar

Majalah Hidayatullah - Edisi 09/XXXII
31 Desember 2020

Majalah Hidayatullah - Edisi 09/XXXII

Para ulama Nusantara yang mengajar di Makkah.

Hidayatullah
Rutinitas para ulama adalah mengajar. Mengapa enggan mengambil upah dari aktivitasnya itu? Ada golongan ulama yang enggan memperoleh upah dari nasihat atau dari ilmu yang ia ajarkan. Di antara mereka ada al-A’masy.

Suatu saat al-Abbas bin Musa, seorang amir Kufah, mengirim kepada al-A’masy selembar kertas dan uang seribu dirham. Sebuah pesan tertulis dalam surat, “Tulislah untukku pada kertas itu Hadits yang engkau riwayatkan, lalu ambillah seribu dirham.” Al-A’masy kemudian menulis Surat al-Fatihah di atas lembaran itu, lalu dikirimlah kembali surat tersebut.

Tak lama kemudian, ia memperoleh belasan dari al- Abbas, “Apakah sampai kepadamu bahwa aku tidak mengerti al-Fatihah?” Kemudian al-A`masy membalas, “Apakah telah sampai kepadamu bahwa aku menjual ilmu?” Kisah lain dialami oleh Imam Jarir. Ibnu Syubrumah suatu saat menyampaikan, “Aku telah memutuskan untuk memberi jatah kepadamu seratus untuk tiap bulan.”

Imam Jarir berkata, “Apakah dari hartamu atau dari harta umat Islam?” Ibnu Syubrumah menjawab, “Dari harta umat Islam.” Jarir pun menjawab, “Aku tidak membutuhkannya.” Suatu saat para penuntut ilmu Hadits juga memberi hadiah kepada Imam al-Auza`i.

Namun sang imam berkata, “Kalian harus memilih: aku terima hadiah namun aku tidak menyampaikan Hadits kepada kalian, atau aku sampaikan Hadits dan aku kembalikan hadiah kalian.” (al-Jami’ li Ahkam ar-Rawi wa Adab as- Sami`, 1/356-357).
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI