Tampilkan di aplikasi

Menanti azan di Pulau Longos

Majalah Hidayatullah - Edisi 10/2016
29 Januari 2021

Majalah Hidayatullah - Edisi 10/2016

Pulau Longos gelap gulita pada malam hari. Azan dikumandangkan tanpa melalui pengeras suara.

Hidayatullah
JPadahal waktu Shubuh di pulau itu mestinya pukul arum jam sudah menunjuk angka 5 lewat 15 menit. Suara azan Shubuh belum juga terdengar dari Masjid Nurul Taqwa, satu-satunya masjid yang terdapat di Kampung Baru, Pulau Longos. Ini pulau kecil yang terletak di sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Padahal waktu Subuh di pulau itu mestinya pukul 04.50. Berarti sudah lewat setengah jam dari waktu fajar menyingsing. Mengapa azan tak berkumandang di pulau yang dihuni oleh 100 persen Muslim ini? Bagaimana pula kaki-kaki kaum Muslim bisa melangkah ke “Rumah Allah” sedangkan panggilan itu tak terdengar? Wartawan Suara Hidayatullah, Mahladi, pada penghujung Agustus lalu berkesempatan mengunjungi pulau yang dihuni sekitar 1.400 orang ini atas undangan Pos Dai Hidayatullah. Kami ingin mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi.

Berat rasanya pergi ke masjid kalau shalat shubuh. Gelapnya wuuiih ... gelap sekali!” cerita Andri, remaja yang belum setahun mondok di Pesantren Hidayatullah di Pulau Longos. Meski gelap, siswa kelas 1 Madrasah Aliyah ini tetap melangkah. Ia menyusuri gang sempit sejauh 200 meter dari kediamannya menuju Masjid Nurul Taqwa Kampung Baru.

Tak ada cahaya lampu di sekitar jalan setapak tersebut. Satu-satunya penerang hanyalah cahaya bintang di langit. Jika cuaca cerah, langit shubuh memang sedikit terang. Muhammad Nurung, imam masjid Nurul Taqwa, bercerita bahwa dulu ia sering ketakutan setiap kali menunaikan shalat shubuh di masjid. Khawatir bertemu ular. “Kelihatannya semua jenis ular ada di sini. Mulai dari ular hitam sampai ular belang,” cerita Nurung.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI