Tampilkan di aplikasi

Pelita hati warga sumbermiri

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/2016
29 Januari 2021

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/2016

Warga Sumbermiri

Hidayatullah
Minimal seminggu dua kali, Ustadzah Kurnia Sari harus menelusuri hutan Sumbermiri, Ngan juk (Jawa Timur). Suasana sepi. Jalan nya berlumpur dan berbatu. Kala hujan turun, licin sekali. Jika tak hati-hati, sepeda motor yang di ken da rai bisa terperosok di sana sini. Tujuan Bunda Sari panggilan akrabnya adalah Dusun Bendo rayut, Desa Suruh. Posisinya di tengah hutan Sumbermiri. Dari rumahnya di Jombang berjarak sekitar 45 kilometer.

Mengapa Muslimah ber kaca mata ini rela bersusah payah me ngenda rai sepeda motor sebegitu jauh? Awalnya ada adik kelasnya ketika kuliah di STKIP PGRI Jombang yang bercerita tentang kampung asalnya. Konon kampung itu terpencil. Berada di tengah hutan, belum ada listrik, dan miskin. Bunda Sari penasaran, benarkah? “Umpama lokasinya di luar Jawa, oke lah, kita mafhum. Tapi ini di pulau Jawa. Ini memantik hasrat saya untuk berkunjung ke sana,” katanya.

Beberapa saat kemudian, Bunda Sari bersama enam temannya meluncur ke dusun itu. Semua hanya bisa geleng-geleng kepala dan beristighfar. Sungguh tak terbayangkan di tengah hutan itu tinggal sekelompok masyarakat. Tiba di lokasi, suasananya semakin menyesakkan dada. Warga di situ sangat jauh dari kata makmur. Rumah-rumahnya terbuat dari kayu dan berlantaikan tanah.

Semua miskin sehingga anak-anak tak ada yang sekolah. Wajah anak-anak lugu itu terus menari-nari di pelupuk mata. Bunda Sari merasa harus melakukan se suatu demi masa depan anak-anak itu. Muncullah ide untuk menga dakan Pondok Ramadhan 1432 (2011). Bunda Sari dan kawan-kawannya mengadakan acara ini selama dua hari satu malam. Ini menjadi cikal bakal pembinaan masyarakat yang berlangsung hingga kini.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI