Tampilkan di aplikasi

Dresden, Jerman hikmah kedatangan pengungsi muslim

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/2016
29 Januari 2021

Majalah Hidayatullah - Edisi 11/2016

Gilang Juliansyah (penulis) berada di pusat kota Dresden

Hidayatullah
Saya tinggal di Dresden, ibu kota negara bagian Sachsen, Jerman. Kota ini dibelah oleh sungai Elbe dan berada tak jauh dari perbatasan Ceko dan Polandia. Arus pengungsi yang kurang terkontrol menyebabkan jumlah penduduk Muslim di Dresden meningkat. Ini merupakan keuntungan yang tak terduga. Sejak kedatangan pengungsi, sejumlah masjid di Dresden selalu penuh, terutama saat shalat Maghrib, Isya dan Jumat karena tidak semua orang mempunyai kesempatan shalat berjamaah lima waktu di masjid.

Seperti Masjid Marwah ElSherbiny, di Marschnerstrasse. DKM harus mendirikan tenda ekstra dan memasang kanopi baru. Sebab jamaah yang membludak setiap shalat Jumat. Kegiatan keagamaan di masjid semakin banyak dan ramai. Tak jarang pengungsi yang datang ke Dresden adalah para hafizh Qur`an atau yang bergelar tinggi di bidang agama Islam. Mereka disambut karena di masjid sangat kekurangan tenaga pengajar bidang agama Islam.

Sebagai contoh, Masjid Marwah rajin mengadakan kegiatan keagamaan. Seperti kelas tahsin setiap ba’da maghrib untuk pria, kelas bahasa Arab untuk umum setiap hari Minggu pagi, dan pengajian-pengajian lainnya yang diadakan setiap hari. Masjid Marwah juga mengadakan open house setiap tahun untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat Jerman. Di sana semua orang dari berbagai kalangan dan agama bisa mengunjungi masjid untuk mendapatkan informasi tentang Islam. Masjid menyediakan fasilitas buku-buku agama dalam bahasa Arab, Inggris dan Jerman. Bahkan diberikan cuma-cuma. Pada prakteknya, setiap hari DKM selalu kedatangan tamu dari warga Jerman non Muslim yang ingin mengetahui seluk beluk Islam.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI