Tampilkan di aplikasi

Ulama yang dibesarkan tanpa kehadiran ayah

Majalah Hidayatullah - Edisi 01/XXXIII
2 Mei 2021

Majalah Hidayatullah - Edisi 01/XXXIII

Setiap anak berhak untuk meraih kemuliaan yang besar serta derajat yang tinggi, meski hampir-hampir tidak merasakan kasih-sayang serta pendidikan dari sang ayah

Hidayatullah
Dia tidak yatim. Tetapi ayahnya berangkat ke medan jihad fii sabilillah ketika ia masih dalam kandungan. Ayahnya terhalang untuk segera kembali ke Madinah. Tidak tanggungtanggung. Bukan setahun, dua tahun. Tapi berpuluh tahun. Satu rentang waktu yang cukup untuk mengantarkan Rabi’ah ar-Rayyi ibnu al-Farrukh tumbuh menjadi sosok manusia dewasa tanpa kehadiran seorang ayah.

Meski ayahnya ghaib (tidak hadir) dalam proses tumbuh kembangnya (fatherless), Rabi’ah ar-Rayyi tumbuh menjadi pribadi yang sangat matang, kokoh dan memiliki ilmu sangat tinggi. Dialah ulama Hadits terbaik di kalangan tabi’in. Di antara yang berguru kepadanya adalah Imam Malik, guru dari Imam Syafi’i.

Sebuah pelajaran, fatherless (ketiadaan ayah) tidak menghalangi Rabi’ah ar-Rayyi menjadi pribadi agung, sosok dermawan yang sangat berilmu. Sebuah pelajaran bahwa single parent alias orangtua tunggal tetap punya hak untuk membesarkan anaknya menjadi pribadi yang hebat.

Berbeda dengan Rabi’ah ar- Rayyi, pada generasi berikutnya kita menjumpai sosok yang juga ahli Hadits. Bahkan, digelari Amirul Mukminin fil Hadits disebabkan oleh kepakarannya dalam bidang Hadits yang tidak tertandingi oleh ulama manapun di muka bumi pada waktu itu. Ia sempat bertemu ayahnya, memperoleh didikannya, tapi ayahnya wafat di saat ia masih kecil. Selanjutnya ia dididik oleh ibunya hingga baligh dan bahkan sampai umur dewasa.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI