Medio Agustus 2021 lalu, jutaan mata tertuju ke Afghanistan. Taliban yang selama ini lebih banyak “bersembunyi” dari serangan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya, dengan cepat mampu merebut ibukota, Kabul. Situasi Kabul dikabarkan panik. Media massa melaporkan banyaknya warga asing dan sebagian masyarakat Afghanistan yang hendak kabur ke luar negeri.
Berbagai analisis kemudian merebak, pasca berkuasanya Taliban. Banyak yang mengaku pesimis, mengingat Taliban dulu yang dianggap misalnya diskriminatif terhadap kaum perempuan. Taliban kembali dicitrakan sebagai kelompok yang keras, radikal, dan intoleran. Bahkan disamakan dengan kelompok militan seperti ISIS dan al-Qaeda. Benarkah seperti itu?
Laporan Khusus kali ini menampilkan beberapa kesaksian warga setempat, tentang situasi yang sebenarnya. Reporter Suara Hidayatullah langsung menjumpai beberapa narasumber di Pakistan dan perbatasan Afghanistan. Tulisan dilengkapi dengan riset dan analisis oleh Dr. Dhurorudin Mashad, MSi, peneliti di Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pakar politik kawasan Asia Selatan ini menulis tentang “Rahasia Kekuatan Taliban”.
