Taufiqurrahman, nama dai muda itu. Ia asli Madura, Jawa Timur. Tahun 2011, ia mendapat tugas berdakwah dan merintis pendirian Pesantren Hidayatullah di Desa Togoliua, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Taufiq, sapaan akrab dai muda tersebut, sebelumnya belum kenal Tobelo. Ia tak tahu kalau di daerah tersebut pernah terjadi konflik berdarah antara pemeluk Islam dan non-Islam. Ia juga tak paham mengapa dai-dai Hidayatullah sebelumnya tak betah lama-lama bertugas di daerah itu.
Di Tobelo, tugas Taufiq melanjutkan pembangunan Pesantren Hidayatullah yang sempat terbengkalai. Ketika tiba di sana, bangunan pesantren sama sekali belum ada. Yang ada hanya sebuah masjid yang belum selesai. Taufiq tinggal di masjid tersebut.
Menjelang tiga bulan, ketika masjid hampir jadi, datanglah seseorang yang memperlihatkan video insiden kekejaman konflik berdarah masa lampau yang tak jauh dari lokasi pesantren rintisannya.
Taufiq kaget luar biasa. Ia baru paham mengapa dai-dai Hidayatullah sebelumnya tak betah tinggal berlama-lama di desa tersebut. Bahkan, tukang yang membantunya membangun masjid juga tak mau tinggal lama-lama. Mereka semua ketakutan.
