Iman dan Islam adalah nikmat terbesar dalam kehidupan manusia.
Wajar, jika ujian yang menyertainya pun tidak biasa. Namun ganjaran dan keutamaan di ujung perjalanan luar biasa. Itulah janji Allah .
Untuk mendapatkan janji istimewa itu, tentu mujahadahnya harus luar biasa. Di antaranya, menjadi “generasi al-Muzzammil” yang memiliki karakter senantiasa menegakkan ibadah dan amal shalih secara konsisten.
Luar biasa azimat dalam Surat al-Muzzammil jika mampu diamalkan.
Bangun shalat malam bukanlah perkara gampang, membaca al-Qur’an jika tidak ada komitmen juga berat, demikian pula amalan yang lain.
Ada beberapa syarat yang menyertainya agar bisa konsisten dan mampu menikmati azimat itu, antara lain:
Pertama, menumbuhkan rasa gelisah yang menguatkan idealisme keimanan. Rasa gelisah ini tumbuh dari iqra’ (membaca) yang intens. Membaca ayat-ayat qauliyah dan kauniyah dengan motivasi karena Allah , sehingga lahir kesadaran iman tentang realita kehidupan dan problematikanya.
Iqra’ menjadi kata kunci kesadaran dan perubahan. Perintah pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad ini bukan hanya membaca al-Qur’an, karena saat itu wahyu baru turun lima ayat. Tapi membaca realita dengan kaca keimanan adalah esensi dari perintah itu.
