Mendidikkan adab berarti mendidik yang disertai ilmu dan ditegakkan di atas ilmu yang haq. Bukan sekadar pembiasaan fisik. Dari sini kita dapat memahami bahwa adab sangat berbeda dengan sekadar kebiasaan.
Jika pendidikan adab terhenti hanya sebagai pembiasaan, secara zhahir anak boleh jadi telah memiliki kebiasaan yang baik. Tetapi ia tidak memberi pengaruh yang luas bagi jiwa; tidak pula bagi terbentuk kepribadian yang kokoh.
Sekadar kebiasaan tanpa disertai sikap batin yang baik bukanlah tujuan pendidikan adab. Meskipun demikian, terbentuknya kebiasaan pada diri anak tetap sangat bermanfaat. Hanya saja, ini bukanlah kaidah pendidikan. Jika yang terjadi sebaliknya, kebiasaan baik itu mudah luntur.
Karena itu tidak heran jika ada anak yang selama bertahun-tahun memiliki kebiasaan yang baik, begitu pindah tempat tinggal, misalnya karena kerja di lain daerah atau kuliah di luar negeri, kebiasaan baik itu bahkan bisa berbalik seratus delapan puluh derajat.
Ini hal yang dimungkinkan terjadi manakala ta’dib terhenti hanya sebagai proses pembentukan kebiasaan semata-mata. Seolah-olah pendidikan adab, padahal hanya pembiasaan belaka.
