Sejak penciptaan Adam dan Hawa di muka bumi, sejak itu pula kehidupan manusia tak pernah sepi dari romantika dalam rumah tangga. Begitulah memang fitrah manusia. Selalu ada rasa cinta.
Tengok saja kisah cinta Muhammad bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Begitu romantis dan mesra, serta mengandung begitu banyak hikmah.
Inilah profil keluarga sakinah yang menjadi fondasi tegaknya peradaban Islam kemudian.
Fase “ber-Khadijah” atau menikah, menjadi pilar penting bagi Muhammad dalam mengemban risalah. Bukan sekadar menuruti hawa nafsu, tapi suami-istri ini senantiasa bahu-membahu menguatkan amanah dakwah.
Di masa remaja, Muhammad bahkan tidak mengenal gaya hidup hedonis, layaknya kebiasaan sebagian remaja pada umumnya. Ia justru telah sibuk dengan aktivitas berdagang sampai ke mancanegara. Tak banyak pemuda yang berani berbisnis hingga ke luar negeri, namun Muhammad sudah fokus dan sukses menjalani.
Bagaimana agar pernikahan dan entitas keluarga benar-benar mampu menjadi fondasi tegaknya peradaban? Kajian Jati Diri edisi ini akan mencoba mengulasnya. Selamat membaca.
