Saat ini siklus bisnis properti masih berada di fase resesi yang terlihat dari masih lemahnya pasar, kendati inflasi dan bunga bank sudah cukup rendah. Pada fase ini pasar sangat berpihak pada konsumen (buyers market).
Harga properti stagnan untuk tidak mengatakan turun, pengembang yang butuh likuiditas menawarkan banyak insentif, begitu pula bank. Fase resesi kali ini mungkin akan lebih lama karena situasi politik yang terus gaduh sejak demo-demo berbau SARA dalam Pilgub Jakarta, diikuti pilkada serentak 2018 dan pilpres 2019.
“Jadi, investor (yang menjadi penggerak utama bisnis properti) mungkin masih akan wait and see sampai 2019,” kata seorang eksekutif perusahaan pengembang besar kepada HousingEstate di Jakarta medio Juli lalu.
Bagi konsumen, situasi ini merupakan peluang yang sangat baik untuk segera mewujudkan pembelian rumah. Pasalnya pengembang dan bank menawarkan makin banyak insentif untuk membeli rumah. Konsumen bisa memilih sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
