Di antara sejumlah proyek dan klaster baru, sangat sedikit yang masuk kategori mewah atau yang berharga di atas Rp 3 miliar.
Di pasar memang banyak perumahan kategori itu, tapi sebagian besar sudah dilansir sejak akhir tahun lalu. Awal tahun ini HousingEstate mencatat hanya ada kurang dari lima proyek dan klaster baru yang diluncurkan.
Sedikitnya penawaran rumah mewah itu menurut konsultan properti Jones Lang LaSalle, merupakan dampak regulasi pajak barang mewah dan supermewah terhadap properti yang dinilai mewah. Saat ini di pasar yang terbanyak penawaran rumah menengah, menengah bawah dan menengah atas.
Rumah-rumah seharga di bawah Rp 2 miliar yang dibangun pengembang bereputasi di proyek-proyek besar terbilang paling bagus pasarnya.
Pendapat itu sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia (BI) terhadap harga properti residensial baru kuartal IV 2017. Meski semua kategori rumah (kecil, menengah dan besar) menunjukkan kenaikan harga, kenaikan harga rumah besar tercatat paling kecil, hanya 1,7 persen (year on year). Bandingkan dengan kenaikan harga rumah tipe kecil dan menengah yang 5,59 dan 3,25 persen. BI memproyeksikan awal tahun ini, meski ada kenaikan, lebih rendah lagi dibanding akhir tahun lalu, yakni 1,64 persen.
Walaupun demikian, sejumlah pengembang tetap menyakini permintaan dari segmen tipis ini selalu ada. Seperti dikatakan Hammy Sugiharto, Marketing Manager South Grove, proyek rumah mewah baru dari PT Intiland Development Tbk di Jl Lebak Bulus I, Jakarta Selatan, di koridor bisnis Jl RA Kartini-TB Simatupang.
“Di sekitar sini penawaran terbanyak berupa apartemen, sementara rumah tapak sangat langka. Karena itu kami kami tawarkan premium cluster ini dengan target pasar eksekutif top level perusahaan-perusahaan yang berkantor di TB Simatupang,” katanya.
