Dapur kini tidak lagi hanya berfungsi sebagai tempat mengolah makanan sehari-hari, tapi telah menjadi ruang interaksi untuk merespon kebiasaan, citra, dan ekspresi gaya hidup pemilik rumah. Karena itu desain dapur ideal bukan lagi yang paling canggih dan menggunakan peralatan paling mahal, namun bagaimana setiap bagiannya merespon pola gerak, aktivitas, ritual, dan kebiasaan sehari-hari pemilik rumah. “Dapur masa kini bisa menyatu dengan ruang makan atau ruang keluarga, agar bisa saling melihat dan dilihat sehingga desainnya harus dapat dinikmati dari berbagai sudut,” kata Som Santoso, Founder dan Principle Som Santoso Kitchen Solution (SSKS) di Jakarta.
Mekanikal Hingga Feng Shui Mendesain dapur terdiri melibatkan banyak hal teknis dan teknologi yang harus dipahami dalam konteks saling terhubung, guna mewujudkan sebuah dapur tersistem yang bekerja dengan baik. Selain itu tetap harus memperhatikan norma arsitektur, standar dimensi kenyamanan, keselarasan antara interior, dan perencanaan mechanical engineering yang rapi. Kitchen set yang menjadi bagian dari dapur bukan sekadar furnitur, tapi berhubungan dengan aliran listrik, air, gas dan ventilasi yang harus dipertimbangkan. Seringkali kepercayaan feng shui ikut mempengaruhi desain dapur misalnya, lokasi dapur yang tidak boleh berdekatan dengan kamar mandi.
“Kemampuan mengintegrasikan semua aspek tersebut yang mewujudkan dapur memiliki desain yang sesuai dan menjawab kebutuhan pemilik secara optimal,” ujar Som yang mengawali kariernya sebagai arsitek. Di gerai SSKS tersedia mock up dapur dari tiga merek dapur asal Eropa yang didistribusikannya: SieMatic dan Ballerina dari Jerman, serta Aster Cucina dari Italia. Untuk desain satu unit kitchen set terkecil, harga produk mulai dari Rp300 juta tidak termasuk, kompor, oven, dan peralatan masak lainnya.
