Seperti properti lain, pasar apartemen juga terus melesu. Di Jakarta misalnya, mengutip Property Market Update versi Savills Indonesia, hingga akhir 2018 masuk 4.000 apartemen baru dengan penjualan hanya 1.900 unit. Sementara di kawasan sekitar Jakarta (Bodetabek) ada 13 ribu unit apartemen baru yang memasuki pasar dengan penyerapan hanya 5.600 unit. “Apartemen baru itu harus bersaing dengan unit eksisting dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Anton Sitorus, Head of Research Savills Indonesia, saat memaparkan Property Market Update itu di Jakarta pertengahan Desember 2018.
Karena penjualan yang seret itu, harganya juga tidak bergerak. Harga apartemen di Jakarta saat ini rata-rata Rp26,4 juta/m2, di Bodetabek Rp15,4 juta. Ke depan ia menyebut penyerapan apartemen itu masih akan berat, karena sampai tahun 2022 ada sekitar 65.300 suplai baru di Jabodetabek. Kendati demikian, peluncuran proyek apartemen baru tetap ada kendati tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, lebih banyak dari proyek perumahan. Kebanyakan menyasar kaum menengah ke bawah atau mahasiswa, lokasi dekat jalur/terintegrasi transportasi massal seperti kereta komuter atau kampus universitas. Bahkan, Ciputra Group juga merilis apartemen menengah di pusat bisnis utama Jakarta di kawasan Mega Kuningan.
Tipe unitnya juga umumnya kecil-kecil, studio-satu kamar tidur (KT) supaya harganya makin terjangkau. Hanya beberapa yang berani memasarkan apartemen menengah atas seharga di atas Rp2 miliar. Semuanya proyek kolaborasi developer asing dan lokal. Beberapa proyek dikembangkan developer asing, atau kolaborasi developer asing dan domestik. Sebagian apartemen lagi di-develop sinergi badan usaha milik negara (BUMN) dengan sekitar 30 persen unitnya berupa apartemen bersubsidi. Berikut contohnya.
