Kendati lima tahun terakhir pasar properti lesu, pengembangan apartemen mewah tetap ada atau berjalan. Tidak hanya di lokasi utama (prime area) di Jakarta, tapi juga di wilayah di pinggiran Jakarta seperti Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Para konsultan properti menyebutkan, saat ini suplai apartemen mewah tidak sampai satu persen dari total pasok apartemen. Yang dominan pasokan apartemen menengah yang mencapai 65 persen, diikuti apartemen menengah bawah 26 persen, dan menengah atas delapan persen.
Di bisnis properti ada empat klasifikasi apartemen. Yaitu, middle low (menengah bawah) dengan ciri tipe unit studio seluas 18-21 m2 sampai dua kamar tidur (KT) 24-30 m2 seharga di bawah Rp18 juta/ m2 (saat ini), dengan jumlah unit di setiap tower mencapai seribuan. Kemudian middle (menengah) dengan tipe mulai dari studio sampai 3 KT seluas 20-100 m2, jumlah unit di bawah 1.000 per tower, dan harga Rp18–35 juta/m2. Segmen upper (atas) dengan tipe unit 1–3 KT seluas 50 sampai 300 m2, jumlah unit di bawah 200/tower, harga Rp35–55 juta/m2. Terakhir luxury seharga di atas Rp55 juta/m2, jumlah unit di bawah 100/tower, luasan unit hingga di atas 300 m2.
Berdasarkan harga, menurut perusahaan riset, konsultasi, dan manejemen properti Colliers International Indonesia (CII), saat ini apartemen paling mewah dan paling mahal di Jakarta masih dipegang Keraton Residence at The Plaza besutan PT Plaza Indonesia Realty Tbk di Jl MH Thamrin (Bundaran HI), di antara hotel Grand Hyatt/Plaza Indonesia dan menara The Plaza serta gedung Kedubes Jepang. Keraton dipasarkan dalam valuta asing seharga 12 ribu dollar AS/m2 atau sekitar Rp160 jutaan.
Menurut Ferry Salanto, Senior Associate Director CII, apartemen high end atau luxurious dari segi lokasi pasti berada di jalan paling utama di sebuah wilayah. Spek material dan furniturnya menggunakan produk impor atau dari merek tersohor, dan luasan unitnyabesar-besar dibanding unit apartemen pada umumnya, dan berisi setidaknya tiga kamar tidur.
