Smart home atau sistem rumah pintar makin banyak ditawarkan developer. Belum menjadi tren yang meluas, tapi arahnya menuju ke sana. Derajat kecanggihan dan kelengkapan fiturnya bervariasi tergantung besarnya dana yang dikeluarkan. Semula konsep ini ditawarkan sebatas opsi untuk pemenuhan lifestyle.
Karena harganya tidak murah, yang menerapkan kebanyakan rumah menengah atas. Kini konsep rumah pintar kian penting khususnya bagi masyarakat urban yang sibuk. Mereka seharian meninggalkan rumah, pergi pagi pulang malam.
Dengan piranti smart home hunian dapat dikontrol dari jarak jauh melalui gawai seperti smart phone. Mereka bisa mengawasi situasi di dalam dan luar rumah, menghidupkan atau mematikan lampu (smart lighting), AC, dan piranti elektronik rumah tangga lainnya. “Saat masih dalam perjalanan pulang dari kantor, orang sudsah bisa menghidupkan AC di kamar sehingga sampai rumah kondisinya sudah nyaman.” kata Wulang Nur Widiatmoko, General Manager Savasa (37 ha).
Perumahan di dalam Kota Deltamas (3.177 ha), Cikarang, Bekasi (Jawa Barat), ini salah satu yang dikembangkan dengan konsep smart home. Pengembangnya Panasonic Home (Jepang) bersama Sinar Mas Land (SML), developer sejumlah township di megapolitan Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) dan beberapa kota lainnya.
Hunian smart home kini ditawarkan developer untuk meladeni kalangan milenial yang gaya hidupnya simpel dan mobile. Populasi mereka cukup besar dan mendominasi kelas menengah urban.
Harga rumahnya lebih terjangkau. Tidak seperti dulu, sekarang rumah di bawah Rp1 miliar juga sudah dilengkapi perangkat smart home. BSD City di Serpong (Tangerang, Banten), Savasa, Grand Wisata Bekasi, Summarecon Serpong, adalah beberapa contoh lain perumahan yang melansir hunian seperti itu
