Kadang kala, memiliki rumah kecil jadi pilihan yang lebih bijak daripada memiliki rumah yang besar. Jika orang yang hidup di dalamnya hanya sedikit, dan barang-barang yang dimiliki tidak banyak, mengapa harus memilih rumah yang besar?
Sebagai lajang, See Yon tidak membutuhkan banyak ruang dan tidak menggunakan banyak barang. Rumah berlahan 72 m² dengan luas bangunan 35 m² pun sudah memadai. Tidak ada ruang dan lahan yang mubazir, rumah juga lebih mudah dibersihkan. Setelah direnovasi pun, luasnya tak banyak bertambah, hanya menjadi 50 m². Tanah belakang dibangun seluruhnya menjadi dapur. Sementara, dinding yang semula ada di tengah, ditiadakan, sehingga dapur dan ruang tamu menyatu.
Pemilik rumah ini tahu benar bahwa rumah berluasan terbatas tidak boleh diisi terlalu banyak perabot. Itulah sebabnya di ruang tamu hanya tertata sebuah sofa warna merah serta kredensa. Walau kredensa itu berbentuk sederhana, tapi memiliki banyak fungsi. Selain menjadi meja TV, ia juga berfungsi sebagai meja kopi dan tempat menyimpan perangkat audio video.
Sementara di dapur, kitchen set tidak dilengkapi kabinet atas seperti biasanya. Semua perlengkapan memasak tersimpan di laci-laci meja bar dan di atas meja susun yang terdapat di pojok ruang. Dengan pilihan furnitur yang selektif dan menerapkan prinsip multifungsi, rumah mungil ini jadi terkesan lapang.
Detail-detail yang diaplikasikan pada interior membuat rumah ini jadi menarik. Yon, yang merancang sendiri interior rumahnya, ingin hunian berkarakter industrial. Maka ia gunakan batu bata ekspos berlabur cat putih serta batu bata hias di sebagian dinding. Kesan industrial juga ia munculkan lewat pemakaian stainless steel di area dapur serta material kayu “telanjang” pada meja bar
