Tampilkan di aplikasi

Cara industri dan akademis berkompromi soal kelangkaan SDM TI

Majalah Infokomputer - Edisi 05/2016
2 Mei 2016

Majalah Infokomputer - Edisi 05/2016

Pada akhir 2015 lalu, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Bebas ASEAN telah diberlakukan. Agenda integrasi ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini sebenarnya menghadirkan kesempatan emas untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk serta sumber daya manusia (SDM) Indonesia kepada negara-negara lain secara terbuka. Namun apa yang terjadi jika di dalam negeri sendiri terjadi kelangkaan SDM berkemampuan mumpuni sehingga industri justru merekrut tenaga ahli dari negeri tetangga? Bagaimana dunia industri dan dunia pendidikan—selaku pemasok SDM—mengatasinya?

Infokomputer
ntuk mengerjakan sebuah proyek besar di industri telekomunikasi, satu vendor teknologi informasi (TI) harus mendatangkan ratusan tenaga TI dari India. Hal ini terpaksa dilakukan, karena proyek implementasi semacam itu memang belum pernah dilakukan di Indonesia, sehingga tenaga yang benar-benar ahli dan berpengalaman di bidang itu pun belum tersedia. Walhasil si vendor tak punya pilihan selain memanfaatkan tenaga yang lebih siap pakai dari negeri tetangga.

Solusi “menyewa” tenaga ahli dari India pun pernah dilakukan oleh Go-Jek. “Karena skillset mereka memang jauh di depan kita,” ujar Rama Notowidigdo (Chief Technology Officer, Product Evangelist, Go-Jek Indonesia) ketika berbicara di acara CIO Power Breakfast yang diselenggarakan InfoKomputer bersama IBM, pada awal April lalu. Dalam konteks MEA maupun globalisasi, ini adalah fenomena yang ironis dan mengkhawatirkan. Di saat kita memiliki kesempatan besar “menjual diri” di bursa kerja regional, di dalam negeri sendiri terjadi kelangkaan SDM.

Industri harus mengimpor tenaga ahli dan mengeluarkan dana yang tidak sedikit karena kebutuhan bisnis yang mendesak. Kalau sudah begini, isu adanya gap antara dunia industri dan pendidikanlah yang berhembus kencang. Ini menunjukkan bahwa spesifikasi SDM TI (mencakup bidang sistem informasi maupun teknik informatika) yang dibutuhkan oleh industri tidak dapat seluruhnya dipenuhi oleh dunia pendidikan. Kurang Wawasan Bisnis Pemahaman terhadap proses bisnis adalah salah satu hal yang jarang ditemui pada lulusan TI Indonesia. Menurut Irianto (Technology & Operations Director, Bank Andara), kemampuan programming mereka memang tak perlu diragukan. Namun jika pemahaman proses bisnis kurang, Irianto ragu para lulusan TI ini mampu menciptakan produk. Walhasil, menurut Irianto lagi, graduated IT di Indonesia ini ibarat tukang, hanya menunggu orang memberi pekerjaan.
Majalah Infokomputer di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI