Inovasi untuk Negeri. Tahun 2018 ditutup banyak cerita duka. Setelah gempa besar di Lombok dan Palu, kawasan Banten dan Lampung disapu gelombang tsunami yang menerjang dari Selat Sunda menjelang tutup tahun lalu. Akibat bencana ini, lebih dari dua ratus orang meninggal dunia, lebih dari empat ratus orang hilang, lebih dari tujuh ratus orang luka-luka, dan ribuan orang mengungsi.
Duka cita kami untuk para korban. Indonesia memang harus waspada terhadap bencana karena terletak di kawasan yang membuatnya rawan ditimpa bencana letusan gunung berapi, gempa, dan tsunami. Selain berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifi k, Indonesia juga tepat berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifi k dari timur.
Sementara itu, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan pemilik garis pantai ke empat terpanjang di dunia, ancaman tsunami kerap mengintai warga yang berdiam di kawasan pesisir. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan pengelolaan dan penanggulangan bencana dilakukan dengan cara-cara yang lebih efi sien namun efektif. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Kota Mataram.
Pasca gempa Lombok, Pemkot Mataram bebenah agar selalu siap menghadapi kondisi alam yang tak menentu itu dengan mengembangkan aplikasi kebencanaan. Berjarak kurang dari 30 km dari Puncak Merapi, Kabupaten Magelang juga menyiapkan program cerdas untuk mitigasi bencana. program sister village, Paseduluran Deso (Paseso) Merapi. Program mitigasi dalam hal pengungsian ini pun memanfaatkan teknologi.
Dua program tersebut dibuat dalam kerangka mewujudkan seratus kota cerdas di Indonesia. Selain program kebencanaan, ada berbagai quick win inovatif lainnya yang diusulkan oleh 50 pemerintah daerah yang terpilih mengikuti Gerakan Menuju 100 Smart City tahap dua. Simak beberapa di antaranya yang ada di halaman Cover Story InfoKomputer edisi awal tahun 2019 ini.