Tampilkan di aplikasi

Ketika data memasuki industri perfilman

Majalah Infokomputer - Edisi 02/2019
31 Januari 2019

Majalah Infokomputer - Edisi 02/2019

Industri film selama ini lebih banyak mengandalkan naluri dan insting dalam mengambil keputusan.

Infokomputer
Pada laporan keuangan kuartal empat 2018, 20th Century Fox berhasil mencatatkan pendapatan US$7,94 miliar. Angka ini naik signifikan dibanding tahun lalu sebesar US$6,75 miliar. Kesuksesan film seperti Deadpool 2 dan The Greatest Showman menjadi alasan melejitnya studio film yang telah berumur 80 tahun itu. Pencapaian tersebut juga tidak lepas dari kesuksesan Century Fox bertransformasi menjadi data driven company.

Bangkrut Data

Sosok penting dari inisiatif pemanfaatan di Century Fox Film adalah J ulie Rieger. Bergabung di Century Fox sejak 10 tahun lalu, Julie saat ini menjabat sebagai Chief Data Strategist di perusahaan milik Rupert Murdoch tersebut. Ia bertanggung jawab menyediakan data yang mendukung setiap keputusan di organisasi.

“Sejak lama, industri hiburan memproduksi dan memasarkan film berdasarkan insting” ungkap J ulie menggambarkan tantangan di posisinya. Hal ini yang menjelaskan mengapa Century Fox hanya memiliki sedikit data terkait konsumennya. “Kami bukan saja data poor, kami bahkan data broke. Pengetahuan kami terhadap konsumen Century Fox terbilang sangat minim” ungkap Julie.

Namun di kepemimpinan CEO Stacey Snider, Century Fox mulai menyadari mulai pentingnya data. “Jika dapat memahami multi aspek dari penonton, kami dapat memasarkan film dengan lebih efektif. Harapannya semakin banyak moviegoers yang puas dengan film kami, yang berarti lebih banyak tiket yang terjual dan kenaikan pertumbuhan bagi perusahaan” ungkap Julie.
Majalah Infokomputer di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI