Nonton film tak mesti ke mal. Meski kapasitas kecil, microcinema menawarkan banyak hal yang tak bisa diperoleh di bioskop konvensional. Film yang diputar variatif dan utuh. Mari, lupakan sejenak bioskop-bioskop seperti Cineplex 21, Blitz, atau Cinemaxx. Tentu juga melupakan mal, karena bioskop-bioskop itu umumnya berada di mal. Kita coba bioskop alternatif. Meski tidak menayangkan film-film laris, namun ada keunggulan film yang diputar di bioskop alternatif ini. Tanpa sensor!
Di Jakarta ada Kinosaurus (kinosaurusjakarta.com) di Kemang, Jakarta Selatan dan Kineforum (kineforum.org) di Kawasan Taman Izmail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Microcinema atau bioskop kecil ini merupakan ruang pemutaran film alternatif yang berkapasitas lebih kecil dibandingkan dengan bioskop arus utama seperti yang ada di mal tadi.
Kemunculan bioskop kecil ini menjadi suatu ruang pertukaran budaya melalui audio visual dan didasari atas kurangnya variasi tontonan untuk masyarakat Indonesia. Menurut Adinda Simajuntak, manajer operasional dari Kinosaurus, masyarakat Indonesia pada umumnya hanya mengenal bioskop-bioskop besar yang memutarkan film-film blockbuster atau film laris yang banyak mengundang penonton untuk berdatangan ke bioskop.
Siapkan kartu identitas Sebagai bioskop alternatif, maka film-film yang diputar pun berbeda dari bioskop kebanyakan. Sangat variatif. Mulai dari fi lm klasik sampai kontemporer, film panjang maupun pendek, film dari luar maupun dalam negeri, hingga film independen.
Tak sebatas pemutaran film saja, bioskop kecil menjadi wadah alternatif bagi para penggiat film atau sineas Indonesia. Kineforum yang dikelola oleh Dewan Kesenian Jakarta dan para relawan menyediakan ruang untuk mengapresiasi para pegiat film yang ingin menampilkan karyanya. Kineforum juga membuka kesempatan untuk melakukan diskusi dan berdialog tentang film yang akan diputar.
