Tampilkan di aplikasi

Gara-gara lele, luka penderita diabetes cepat sembuh

Majalah Intisari - Edisi 649
19 Oktober 2016

Majalah Intisari - Edisi 649

Penderita diabetes melitus yang terluka biasanya lukanya sulit sembuh. Bahkan terkadang organ yang luka harus diamputasi. Salep obat yang beredar tak mempan lagi. Salep temuan mahasiswa UGM ini memberikan harapan baru.

Intisari
Jumlah penderita diabetes di Indonesia tiap tahun terus bertambah. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2013 memperoleh hasil, proporsi diabetes melitus (DM)pada usia di atas 15 tahun meningkat dua kali pada 2013. Defi nisi DM di sini adalah Gara-gara Lele, DIABETES LUKA PENDERITA CEPAT SEMBUH jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis kencing manis oleh dokter tapi dalam sebulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dalam jumlah banyak, dan berat badan turun.

Salah satu komplikasi penyakit DM adalah ulkus diabetikum atau ulkus kaki diabetikum. Pada kondisi ini, luka yang timbul sukar atau lama sembuh. Pada pasien diabetes terjadi penyumbatan pembuluh darah dan kerusakan saraf akibat kadar gula darah yang tinggi. Akibatnya terjadi penurunan sensasi rabaan. Luka akibat lecet atau trauma pada tungkai pun tak terasa. Kurangnya sirkulasi darah di dalam kaki akibat tersumbatnya arteri menyebabkan proses penyembuhan luka buruk. Hal terburuk yang dialami oleh penderita diabetes yang kakinya terkena luka adalah pembusukan. Ujung-ujungnya amputasi.

Di pasaran beredar salep Chloramphenicol yang diperuntukkan bagi luka penderita diabetes. Sayangnya tak banyak membantu. Nah, atas dasar itulah Utami Tri Khasanah bersama teman-temannya di Universitas Gadjah Mada menciptakan salep khusus penderita diabetes. Menariknya, bahan dasar salep itu dari lendir lele. Antimikroba sebagai “pasukan tempur” Utami yang mahasiswa dari Fakultas Farmasi UGM angkatan 2014 menggandeng teman-temanya dari Fakultas Kedokteran Hewan, yakni Megaria Ardiani, Joshua Alif Wendy, Dion Adiriesta, dan Raden Mas Ravi Hadyan. Mereka mengamati bahwa lele mampu beradaptasi pada habitat yang sangat kotor sekalipun. Setelah ditelisik, ternyata tubuh ikan lele diselimuti lendir (mucus) yang mengandung zat anti microbacterial peptides (AMPs) atau peptida antimikrobakteri.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI