Tampilkan di aplikasi

Shio babi tanah 2019, tetap optimis walau belum lepas dari bayang-bayang krisis

Majalah Intisari - Edisi 676
2 Januari 2019

Majalah Intisari - Edisi 676

Rupiah perlahan menguat dan mencari titik keseimbangan baru. / Foto : acarapi _123RF

Intisari
Mungkin masih segar dalam ingatan Anda, bagaimana mata uang rupiah kita terus melemah selama tahun 2018 lalu. Rupiah yang pada awal tahun diperdagangkan pada kisaran Rp 13.300 per dolar AS, makin hari makin merosot nilainya. Puncaknya, ketika pada akhirnya dolar menembus angka psikologis Rp15.000, sekitar awal Oktober.

Ketika penurunan terus terjadi seolah tanpa bisa dicegah, harus diakui sebagian warga masyarakat sempat was-was. Tak sedikit memori banyak orang segera menghubungkan kan situasi ini dengan krisis ekonomi 2008, bahkan mundur lagi ke krisis ekonomi 1998. Bayangan yang sempat membuat mereka gelisah.

Dengan kesamaan ekor angka “8”, orang menduga-duga bahwa penurunan kurs rupiah atas dolar AS sepanjang tahun itu merupakan awal dari krisis yang lebih besar. Bahkan, mulai ada sebutan-sebutan sebagai perulangan “krisis sepuluh tahunan”. Faktanya, nilai tukar rupiahdolar AS memang sangat fluktuatif. Setelah mencapai “puncaknya”, rupiah perlahan-lahan kembali menguat dan terus mencari titik keseimbangan baru.

Apalagi, adalah sebuah kenyataan, meriangnya rupiah tidaklah sendirian. Sejumlah mata uang di Eropa, Amerika Latin, dan Asia- Pasifik juga merosot dengan besar- an yang bervariasi. Rupiah termasuk ada di jajaran papan tengah. Walau di kawasan Asia Tenggara, penurunan rupiah memang yang terbesar yakni sekitar 11%.

Di media massa, banyak pengamat sudah mengulas latar belakang krisis mata uang global ini. Dikatakan, perang dagang AS dengan Tiongkok serta strategi ekonomi pemerintah AS, jadi penyebab utamanya. Namun harus diakui pula, defisit neraca perdagangan yang terjadi akibat lebih besar impor dibanding ekspor, juga ikut berpengaruh.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI