Tampilkan di aplikasi

Dalam keterbatasan Adul menebar senyuman

Majalah Intisari - Edisi 677
1 Februari 2019

Majalah Intisari - Edisi 677

Di kelas tidak mendapat perlakuan yang berbeda dengan murid lainnya.

Intisari
Hidup itu terlalu indah untuk diratapi. Ketidaksempurnaan, jangan jadi pengalang untuk terus maju. Begitulah tekad Mukhlis Abdul Holik, usia 8 tahun, warga Kampung Cikiwul Tonggoh, Cibadak, Sukabumi. Dengan kondisi fisiknya yang terbatas, Adul, tetap menjalani hari-harinya dengan semangat. Terutama dalam menjalani kewajibannya, menuntut ilmu.

Sehari-hari, untuk bersekolah atau mengaji, putra keempat pasangan Dadan Hamdani (52) dan Pipin (48) ini, harus selalu berjuang. Ketidaksempurnaan kakinya, membuat Adul harus merangkak dengan kedua tangan menjadi tumpuan. Melintasi jalur yang terjal dan curam. Dari rumah ke sekolah yang berjarak 3 km harus ditempuhnya perlahan-lahan dan berhati-hati.

Memang ia tak selalu harus merangkak. Ketika sudah mencapai jalanan aspal, Adul bisa naik ojek sepeda motor dengan ongkos Rp7.000. Tetapi itu hanya bisa dilakukan jikalau orangtuanya kebetulan punya uang lebih.

Guru-guru Adul di sekolah bertestimoni, pelajar kelas 3 SDN X Desa Sekarwangi ini, tidak pernah merasa minder. Selain belajar di kelas, Adul tetap aktif dan bergaul dengan teman-temannya. Bahkan ikut ekstrakulikuler Pramuka.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI