Tampilkan di aplikasi

Kita perlu makan kolestrol

Majalah Intisari - Edisi 689
27 Januari 2020

Majalah Intisari - Edisi 689

Asupan menu berkolesterol tidak berkorelasi dengan kenaikan kolesterol dalam darah.

Intisari
Selama lebih 50 tahun pihak medis melarang pasien mengonsumsi menu berkolesterol. Kolesterol dinilai sebagai menu jahat. Semua orang di dunia yang kepingin jantung dan otaknya tidak bermasalah, takut, bahkan fobia makan menu berkolesterol.

Namun lima tahun terakhir ini asupan kolesterol dalam menu harian malah dinilai bersahabat, kalau bukan justru salah satu nutrisi yang tubuh paling butuhkan. Menu berkolesterol sudah dihapus sebagai “menu nakal”.

(US Dietery Guidlines 2016: A top nutrition advisory committee says people no longer have to be concerned about eating foods that are high inªcholesterol. The committee’s report, which was released today, will help shape the next version of theªU.S.

Dietary Guidelines, set to be released later this year. High levels ofª“bad” cholesterol¤in the blood, which have been linked to heart disease, are still a health concern. What’s changed is that many researchers and physicians now believe that eating cholesterol-rich foods such as eggs may not a¬ ect the cholesterol that is in your blood).

Itu berarti orang tidak perlu takut lagi mengonsumsi menu berkolesterol. Terbukti, asupan menu berkolesterol tidak berkorelasi dengan kenaikan kolesterol dalam darah. Sebagian besar kolesterol diproduksi organ hati, hanya sebagian kecil saja pengaruh makanan.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI