Tampilkan di aplikasi

Berkat Bung Karno, makam Imam Bukhari ditemukan

Majalah Intisari - Edisi 691
31 Maret 2020

Majalah Intisari - Edisi 691

Berkat jasa Bung Karno “menemukan” makam Imam Al-Bukhari, nama Indonesia harum di mata warga Uzbekistan. Wisatawan dari penjuru dunia yang berkunjung, akhirnya ikut merasakan keuntungannya.

Intisari
Begitu menginjakkan kaki di bumi Uzbekistan sehari menjelang Natal 2019, surprises ngan di ibukota Tashkent. menanti romboHiasan Natal menyambut kami, baik di mal-mal maupun di pertokoan lengkap dengan Santa Claus menyambut pengunjung. Di taman tengah kota, kami mendapatkan pohon Natal, menurut saya tertinggi yang pernah saya lihat, saat berkunjung ke berbagai negara selama ini. Tidak ketinggalan, juga hiasan menyosong Tahun Baru 2020. Unik sekali!

Disebut unik, mengingat negeri di Asia Tengah pecahan salah satu dari 15 negara bekas negara adikuasa Beruang Merah Uni Soviet dan berpenduduk 30,9 juta orang ini, 96,8 persen beragama Islam. Maka wajar jika terdapat taburan masjidmasjid besar nan indah dan megah serta dilengkapi madrasah di kotakotanya, baik yang dibangun di masa lampau maupun masa kini.

Hal itu memberi kesan kepada saya, Uzbekistan sebagai “Negeri Seribu Masjid.” Salah satu di antaranya yang terkenal Masjid Imam Al-Bukhari. Di atas lahan 10 hektare-nya, tepatnya di sebelah masjid itu, terdapat bangunan makam ulama besar Imam Bukhari. Surprise lainnya, orang Indonesia mendapat tempat istimewa di hati rakyat Uzbekistan, apabila tidak mau disebut sebagai perlakuan istimewa, bila berziarah ke makam Imam Bukhari. Hanya orang Indonesia yang diizinkan masuk ke dalam makam yang dijaga oleh empat polisi wisata (tourist police) dan juru kunci makam, Muhammad Maksud.

Perlakuan ini tidak terlepas dari andil besar Bung Karno dalam menemukan makam ulama besar Imam Al- Bukhari di Desa Hartang, 25 km dari Samarkand, kota tua dan kedua terbesar Uzbekistan pada awal 1961. Sebab menurut saya, bila bukan Bung Karno, ulama besar Imam Bukhari yang wafat 1 Syawal 256 H (1 September 870 M) di Desa Hartang pada usia 60, pusaranya tidak akan ditemukan pada 1961. Besar kemungkinan baru “ditemukan”setelah runtuhnya negara Uni Soviet 25 Desember 1991 saat bendera Merah Palu Arit diturunkan dari gedung Kremlin, diganti dengan bendera tiga-warna Rusia.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI