Tampilkan di aplikasi

Memanen vitamin D dari langit

Majalah Intisari - Edisi 692
28 April 2020

Majalah Intisari - Edisi 692

Merebaknya wabah Covid-19 dan kampanye #DiRumahAja, membuat banyak orang melirik kembali berjemur di bawah sinar matahari untuk meningkatkan imunitas tubuh. Masalahnya, selama ini ada berbagai pendapat berbeda soal waktu yang tepat untuk melakukannya. Sebenarnya, kapan sih, waktu yang tepat? / Foto : JUDE_BECK_OC_MDTJJOEO_UNSPLASH

Intisari
Video itu viral mana kala sebagian masyarakat Indonesia sedang diam di rumah dan jadi sibuk dengan media sosial masing-masing. Yakni video dari dr. Vinci Edy Wibowo, SpP yang menganjurkan masyarakat untuk berjemur sinar matahari di tengah wabah Covid-19. Tujuannya, meningkatkan imunitas tubuh menghadapi ganasnya virus Korona.

“Sayang sekali kalau kita tidak berjemur. Ini merupakan salah satu pemberian Tuhan yang paling efektif untuk mengurangi dampak dari Korona ini,” ungkap dokter muda sebuah rumah sakit swasta di Bekasi ini. Meski tidak merinci lebih dalam, Vinci mengungkapkan, cuci tangan atau mengenakan masker saja, tidak menjamin seseorang tidak terjangkit virus Korona. Karena, menurut dia, virus ini sulit sekali dicegah. Dengan cuci tangan dan pakai masker sekalipun, masih ada kesempatan untuk masuk ke tubuh kita.

Vinci juga mengatakan soal penyebab sebagian besar pasiennya dapat terkena virus dan sulit pulih dari Korona. “Karena, sebagian banyak pasien saya banyak yang tidak mendapat matahari,” ungkap Vinci. Apa benar begitu?

WHO sampai angkat bicara. Kolega dr. Vinci, yakni Dr. dr. Tan Shot Yen, mencoba meluruskan pernyataan soal manfaat mandi matahari. Menurut dia, berjemur di bawah sinar matahari bukan untuk mematikan virus Korona atau kuman-kuman lain di tubuh. Namun semata-mata untuk memanen vitamin D yang bisa didapat gratisan dari sinar matahari. “Karena hanya dari cahaya matahari kita bisa mendapat vitamin D tanpa over dosis,” tutur Tan yang juga dikenal sebagai penggiat makanan sehat alami ini.

Duduk perkara soal Covid-19 dan mandi matahari ini bahkan juga dipertegas oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Menurut WHO di situs resminya, berjemur tidak akan mengindarkan seseorang dari infeksi virus Korona. Terik matahari maupun suhu udara lebih dari 25˚ Celsius terbukti tak membantu negara-negara tropis dari pandemi virus itu.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI