Tampilkan di aplikasi

Kemana tumpukan limbah medis Covid-19 berlabuh?

Majalah Intisari - Edisi 694
30 Juni 2020

Majalah Intisari - Edisi 694

Sebelum dibawa, tempat limbah Covid-19 disemprot disinfektan. / Foto : DOK. ARAH

Intisari
Pandemi Covid-19 tak hanya menyisakan kepiluan akibat banyaknya korban. Namun juga limbah medis yang harus ditangani dengan benar jika tidak ingin menjadi bahaya laten. Sebab bisa menjadi media penyebaran virus yang tak terkontrol. Virus Korona bisa bertahan di permukaan benda mulai dari beberapa jam hingga berhari-hari.

Kondisi ini perlu jadi perhatian serius mengingat tak semua rumah sakit memiliki fasilitas pengolah limbah medis dan mengandalkan pihak ketiga. Selain itu, tak semua pasien menjalani isolasi di rumah sakit. Ada yang melakukan isolasi mandiri dengan beragam alasan. Dengan banyaknya peralatan sekali pakai, membuat limbah medis Covid-19 menumpuk dengan cepat. Seiring dengan grafik pasien positif yang eksponensial.

Mengutip studi kasus di Cina, Sekjen Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Sekjen IESA), Lina Tri Mugi Astuti meyatakan, rerata pasien terinfeksi menyumbang 14,3 kg limbah medis per hari. Di sana limbah medis yang semula 4.902 ton/hari menjadi 6.066,8 ton/hari setelah COVID-19 menyerang 81 ribu orang (tirto.id).

Direktur RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengakui adanya peningkatan cukup signifikan limbah medis setelah COVID-19. RSPI adalah salah satu rumah sakit rujukan pandemi. Mereka memiliki insenerator sendiri. Dalam diskusi daring soal “Aspek Penting Pengelolaan Limbah Medis di Era Covid-19” beberapa waktu silam, rata-rata satu pasien konfirmasi positif menghasilkan 20 limbah APD (alat pelindung diri). “Cukup banyak APD yang digunakan untuk merawat pasien di ruang isolasi,” kata Syahril.

APD hanya dapat dipakai satu kali untuk merawat pasien isolasi. Setelah itu ya harus dibuang. Pada Februari 2020, RSPI menghancurkan APD seberat 130 kg. Bulan berikutnya meningkat menjadi 500 kilogram. Pembakaran dilakukan setelah APD tersimpan selama 2x24 jam.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI