Tampilkan di aplikasi

Membaca pesan lewat telur

Majalah Intisari - Edisi 695
5 Agustus 2020

Majalah Intisari - Edisi 695

Para pemuda Indonesia dalam pawai di depan administrasi militer Jepang di Batavia.

Intisari
Di sini yang paling dibatasi adalah pertemuan dengan orang lain. Dari sel seluas 1,5 x 2,25 m2, pagi dan sore setelah lapangan sepi, ia dibawa ke luar. Di sana ia berjemur untuk menghangatkan tulang-tulangnya akibat sel yang dingin dan lembap.

Ia dipekerjakan di percetakan: mencetak buku catatan sehingga tangannya selalu penuh minyak mesin. Percetakan ini letaknya berdekatan dengan ruang kantor direktur sehingga ia bisa lebih terawasi. Saat makan pun, ia tidak dibiarkan bertemu dengan tahanan orang Indonesia agar tidak “meracuni” pemikiran mereka.

Sukarno dibarengkan dengan rombongan tahanan Belanda dengan kejahatan korupsi. Dengan mereka, percakapan paling-paling berkisar pada soal cuaca dan makanan. Oleh karena ruangan makan kecil saja dibandingkan dengan jumlah tahanan, maka setiap giliran makan lamanya hanya 6 menit, demikian pula giliran mandi.

Sampai 35 tahun kemudian, sebagai kepala negara Sukarno masih makan dengan sangat cepat dan memilih tidur di alas yang keras daripada kasur empuk sampai kadang ia pindah untuk tidur di lantai. Setelah beberapa bulan, ia diizinkan menerima kiriman kue dan telur dari luar. Lewat cara ini ia dapat menerima kabar. Kiriman telur asin dari Inggit artinya berita duka.
Majalah Intisari di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI